Teknologi Java untuk Platform Pengembangan Agent


Saat ini bahasa komunikasi agent yang banyak digunakan dan dipelajari adalah FIFA (Foundation for Intelligent Physical Agents ) ACL (Agent Communication Language). Saat ini FIFA dikembangkan sebagai standar aktifitas IEEE, bernama FIPA-IEEE. Beberapakelompok kerja melakukan pekerjaan pada area agent dan interoperabilitas web service, komunikasi manusia-agent, mobile agent, dan peer-to-peer agent pengembara. FIPA secara umum memiliki kesuksesan sebagai berikut:
1. Set spesifikasi standar yang mendukung komunikasi antar agent dan layanan-layanan middleware kunci.
2. Arsitektur abstrak yang menyediakan tampilan luas terhadap standar-standar FIPA2000. Arsitektur ini melengkapi Java Community Project bernama Java Agent Service (JAS) (JSR82).
3. Bahasa komunikasi agent yang dispesifikasi secara baik bernama FIPA ACL.

JADE (Java Agent Development Environtment) merupakan agent platform yang mengikut standar FIPA. JADE menerapkan spesifikasi manajemen agent secara lengkap sebagaimana di definisikan oleh FIPA seperti Agent management System (AMS), Directory Facilitator (DF), Message Transport Service (MTS), Agent Communication Channel (ACC). JADE juga menerapkan FIPA Agent Communication Stack mulai dari FIPA ACL untuk struktur pesannya, FIPA SL untuk ekspresi konten pesan, ditambah dukungan untuk interaksi FIPA dan protokol transport.

JADE juga mendefinisikan komponen-komponen di luar yang didefinisikan FIPA seperti terdistribusi, fault tolerant, arsitektur kontainer, arsitektur service internal, persistent message delivery, semantic framework, mekanisme keamanan, mobilitas agent, interaksi web service, antarmuka grafis, dan sebagainya.

Beberapa agent framework telah dikembangkan untuk lingkungan desktop. Seiring dengan perkembangan teknologi mobile phone, banyak pengembangan framework serupa untuk diterapkan di lingkungan yang serba memiliki keterbatasan misalnya Java ME CLDC. Jadi saat ini, framework agent dibagi ke dalam kedua kategori, yaitu untuk lingkungan desktop dan lingkungan CLDC. Salah satu lingungan CLDC yang cukup terkenal adalah Agent Factory Micro Edition (AFME). Contoh framework yang serupa adalah JADE LEAP, 3APL-M, SAGE LITE, dan CourgaarME. JADE LEAP, CougaarME, MicroFIPA-OS, dan SAGE Lite merupakan framework pengembangan teknologi agent, namun berbeda dengan AFME, framework tersebut tidak reflective (kemampuan melakukan penalaran tentang dirinya) dan tidak menggunakan bahasa pemrograman abstrak yang berbasis pada teori agent rasional.

3APL-M dengan AFME memiliki kesamaan di mana keduanya memiliki kapabilitas penalaran, namun 3APL-M tidak memiliki komponen jaringan sedangkan AFME memiliki komponen tersebut melalui message transport service. Ukuran kode program AFME relatif kecil dibandingkan dengan framework lainnya di mana infrastruktur intinya berukuran hanya 77 Kb. Menurut eksperimen yang dilakukan , diperoleh bahwa AFME waktu eksekusinya daripada 3APL- M, namun demikian 3APL-M memiliki fitur-fitur yang tidak didukung AFME di mana 3 APL-M menggabungkan prolog engine di dalamnya.

AFME merupakan agent paltform yang merujuk pada J2ME MIDP ringan open source dan menerapkan Agent Factory Framework yang ada. AFME ditujukan untuk sistem wireless pervasive sehingga secara spesifik AFME tidak dirancang untuk WSN. Namun, karena dukungan J2ME kepada platform sensor Sun Spot, AFME dapat diadopsi untuk pengembangan aplikasi WSN berbasis agent. AFME berbasis pada pradigma Believe-Desire-Intention di mana di dalamnya agent-agent mengikuti siklus sense-deliberate-act. AFME mendeskripsikan agent melalui mixed declarative/imperative programming model bernama Agent Factory Agent Programming Language (AFAPL), berbasis formalisme logik belief dan commitment. AFAPL digunakan untuk me-encode perilaku agent dengan menentukan aturan-aturan yang mendefinisikan kondisi-kondisi dimana komitmen diadopsi.


Tinggalkan Balasan